Lantai :"Ramadhan tahun ini banyak memberi perubahan dalam diri ku"
Lemari :"Perubahan apa Lan?"
Lantai : "Kini hidup ku makin tenang"
Lemari : "Wah kamu makin sukses ya tahun ini, Alhamdulillah"
Lantai : "Dan ini lah puncak ketengan dalam hidup ku"
Lemari : "Berati mudik lebaran kali ini kamu tidak perlu risau"
Lantai : "Kenapa musti risau, emangnya di dunia ini ada yang perlu dirisaukan?"
Lemari : "Ya enggak ada. Kan kamu sekarang sudah sukses. Pekerjaan jelas, property terbeli, kendaraan ada, dan tentunya mudik kali ini adalah momentum kamu untuk meminang seorang gadis pujaan"
Lantai : "Aku tidak mencari hal itu"
Lemari : "Loh katanya tadi kamu makin sukses, kok tidak mencari hal itu"
Lantai : "Karena aku mencari hal lain yang lebih aku butuhkan"
Lemari : "Emang kamu lagi butuh apa?"
Lantai : "Ketenangan"
Lemari : "Kan kalo kamu sudah sukses bisa tenang"
Lantai : "Tidak"
Lemari : "Kok bisa"
Lantai : "Liat aja di tahun ini aku sedang bekerja di perusahaan yang berbeda, bukan di perusahaan yang disanjung-sanjung banyak orang, gaji ku lebih turun, dan aku belum memiliki yang kamu sebutkan di atas"
Lemari : "Kalau masih kayak gitu Lan. Artinya kamu itu belum sukses"
Lantai : "Kenapa?"
Lemari : "Karena belum ada yang bisa kamu tunjukin kepada setiap orang"
Lantai : "Apakah itu perlu?"
Lemari : "Sangat perlu, apalagi untuk kita ini. Orang-orang yang sedang merantau"
Lantai : "Lalu ketika tidak ada pujian untuk ku tahun ini apa itu sebuah kesalahan?"
Lemari : "Jelas"
Lantai : "Itu lah sebabnya aku resign dari pekerjaan yang dulu"
Lemari : "Cuma kamu orang bego yang pernah aku kenal, sudah enak kerja di sana kenapa kamu malah memilih jalan yang tak jelas ini?"
Lantai : "Karena aku tidak ingin menjadi kisah fiksi sebuah dongeng"
Lemari : "Maksudnya Lan?"
Lantai : "Kamu enggak ingat setahun yang lalu, orang-orang selalu menyanjung ku. Padahal mereka tidak pernah tahu betapa hedonisnya aku. Tidak pernah tahu betapa sedikitnya harta yang ikhlas aku sedekah kan, ibadah-ibadah sunah yang sulit aku dijalani karena jam kerja yang tak jelas, serta lingkungan yang tak mendidik hati ku untuk selalu mengingat Allah. Lalu untuk apa semua itu Ri?"
Lemari : "Untuk masa depan mu yang cerah"
Lantai : "Bukan kah kemampuan ku untuk memiliki sesuatu tergantung dari Allah?"
Lemari : "Iya sih, tapi kan kita harus tetap berusaha"
Lantai : "Kamu kira aku sekarang tidak berusaha?"
Lemari : "Ya berusaha, tapi kan kecil"
Lantai : "Karena aku sudah mantap untuk memilih hal itu"
Lemari : "Dan kamu senang dengan pilihan itu?"
Lantai : "Iya"
Lemari : "Lalu apakah kamu sekarang sudah merasa sukses?"
Lantai : "Aku tidak tahu, karena yang bisa menilai ku hanya lah Allah"
Lemari : "Terus urusan dunia mu bagaimana?"
Lantai : "Aku pasrah kan semua kepada Allah. Karena Jodoh dan Rezeki tidak akan tertukar"
Lemari : "Dan kamu yakin tentang hal itu?"
Lantai : "Iya, karena Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita ingin kan"
Lemari : "Kapan Tuhan melakukan hal itu?"
Lantai : "Setiap saat"
Lemari : "Kan setiap saat, kenapa kamu tidak memilih di kehidupan yang seperti dulu saja? Kan enak, dari pada sekarang kamu hanya orang yang pasrah menjalani takdir. Sebab di dunia ini tidak ada satu pun wanita yang tertarik pada lelaki yang tidak memiliki ambisi"
Lantai : "Soalnya aku ingin menjadi hamba Nya yang bertakwa. Dan bercita-cita ketika Allah memberikan semua itu, aku sedang berada dalam pengampunan dosa dan kekhusyu'an beribadahan"
Lemari : "Kamu kok aneh Lan?"
Lantai : "Aneh kenapa?"
Lemari : "Soalnya setiap aku ajak kamu untuk Sholat fardu berjamah, tadarus, sholat dhuha, tahajud, mendengarkan pengajian di masjid, dan sedekah. Kamu selalu menolak. Lalu kenapa sekarang mendadak menjadi ustad?"
Lantai : "Karena aku sedang mencari alasan yang kuat ketika mudik nanti"
Lemari : "O pantes, kamu tadi bilangnya sedang mencari ketenangan hidup"
Lantai : "Iya dong"
Lemari : "Gua No commant Lan"